HaRLi_CooL

Kapel Sistina

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tuhan menciptakan Adam oleh Michelangelo.

Kapel Sistina (bahasa Inggris: Sistine Chapel, bahasa Italia: Cappella Sistina) adalah kapel yang terletak di dalam lingkungan Istana Apostolik, kediaman resmi Paus di Vatikan. Kapel ini terkenal karena arsitekturnya yang tampak melahirkan kembali Bait Salomo dari zaman Perjanjian Lama, dan akan dekorasinya yang seluruhnya dihias oleh seniman-seniman besar era Renaissance sepertiMichelangelo, Raphael, dan Sandro Botticelli. Atas perintah Paus Yulius II, Michelangelo melukis langit-langit kapel seluas 12.000 kaki persegi antara tahun 1508 hingga tahun 1512. Meskipun ia jengkel dengan tugas ini dan berpikir bahwa tugasnya hanya untuk kebesaran Paus, kini langit-langit kapel ini dianggap sebagai mahakaryanya.

Nama Kapel Sistina berasal dari Paus Siktus IV, yang merestorasi Kapel Magna antara tahun 1477 hingga tahun 1480. Selama periode ini, sekelompok pelukis seperti Pietro Perugino, Sandro Botticelli, dan Domenico Ghirlandaio membuat beberapa lukisan dinding yang menggambarkan kehidupan Musa dan Yesus. Lukisan-lukisan tersebut selesai pada tahun 1482, dan pada 15 Agustus1483,[1] Siktus IV mengadakan misa pertama untuk merayakan peristiwa Bunda Maria diangkat ke Surga.

Sejak era Siktus IV, kapel ini menjadi tempat kegiatan religius dan aktivitas kepausan, seperti tempat diadakannya konklaf untuk memilih Paus baru.

Sejarah

Kapel Sistina terkenal karena menjadi lokasi pelaksanaan konklaf, atau pemilihan Sri Paus yang baru. Bangunan ini adalah kapel untuk badan yang disebut Kapel Sri Paus. Pada waktu kepemimpinan Paus Siktus IV di akhir abad ke-15, kapel Sri Paus terdiri atas 200 orang, termasuk para imam, pegawai Vatikan dan orang awam yang berkedudukan penting. Terdapat 50 acara dalam satu tahun berdasarkan kalender kepausan, dan dalam acara tersebut seluruh anggota Kapel Sri Paus harus datang.[2]Dari 50 acara ini, 35 dari antaranya adalah misa Kudus (8 misa ini diselenggarakan di basilika, biasanya di Basilika Santo Petrus, dan dihadiri oleh orang banyak). Misa-misa ini termasuk Misa Natal dan Misa Paskah --- dua misa yang biasanya dipimpin langsung oleh Sri Paus. Dua puluh tujuh misa lainnya bisa diselenggarakan di sebuah tempat yang lebih kecil dan tidak perlu dihadiri oleh khalayak ramai. Kebutuhan akan tempat inilah yang menjadi alasan dibangunnya Kapel Sistina di lokasi yang sama tempat Kapel Maggiore berdiri (Kapel Maggiore juga menjalankan fungsi yang sama).

Lukisan diri Paus Siktus IV.

Kapel Maggiore yang bermakna "Kapel yang Lebih Besar" mendapatkan namanya dari fakta bahwa terdapat kapel lainnya yang digunakan oleh paus dan pengiringnya untuk ibadah harian. Pada zaman Paus Siktus IV, tempat tersebut adalah Kapel Paus Nikolas V yang didekorasi oleh Fra Angelico. Kapel Maggiore tercatat telah berdiri pada tahun 1368. Berdasarkan bukti komunikasi antara Andreas dari Trebizond kepadaPaus Siktus IV, pada saat Kapel Maggiore diruntuhkan untuk dijadikan lokasi kapel yang baru, kapel tersebut sudah dalam kondisi sangat parah dengan dindingnya yang miring.[3]

Kapel yang ada saat ini, di lokasi tempat Kapel Maggiore berdiri, dirancang oleh Baccio Pontelli untuk Paus Siktus IV, yang kemudian nama paus tersebut digunakan untuk nama kapel tersebut. Bangunan ini dibangun di bawah pengawasan Giovannino de Dolci antara tahun 1473 hingga tahun 1481.[4] Ukuran kapel yang baru tampak sangat mengikuti ukuran kapel yang lama. Setelah selesai dibangun, kapel yang baru didekorasi dengan lukisan-lukisan karya seniman-seniman ternama akhir abad ke-15, termasuk Botticelli, Ghirlandaio dan Perugino.[3]

Misa pertama di Kapel Sistina diselenggarakan pada tanggal 9 Agustus 1483, tepat pada saat perayaan Bunda Maria diangkat ke Surga. Pada misa tersebut, Kapel Sistina dipersembahkan kepada Santa Perawan Maria.[5]

Fungsi Kapel Sistina masih sama hingga kini, dan terus menjadi tempat penyelenggaraan berbagai acara-acara penting dalam Kalender Kepausan, kecuali saat Sri Paus sedang bepergian. Terdapat sekelompok paduan suara tetap di kapel ini. Banyak lagu-lagu telah pernah diciptakan khusus untuk mereka. Salah satu yang terkenal adalah Miserere karya Allegri.[6]

[sunting]Konklaf kepausan

Salah satu fungsi utama Kapel Sistina adalah sebagai tempat pemilihan Sri Paus yang baru dalam sebuah sidang tertutup (konklaf) Kolegium para Kardinal. Dalam konklaf, cerobong asap dipasang di atap kapel. Dari cerobong inilah asap akan muncul sebagai tanda dari hasil sidang tersebut. Apabila asap putih muncul, berarti Sri Paus yang baru telah terpilih. Asap putih terbuat dari pembakaran surat suara pemilihan dan beberapa zat kimia tambahan. Apabila seorang kandidat Sri Paus menerima kurang dari 2/3 jumlah suara (batasan suara mayoritas), maka para kardinal mengeluarkan asap hitam yang terbuat dari pembakaran surat suara pemilihan dengan jerami basah atau zat-zat kimia lainnya, untuk menandakan bahwa pemilihan paus yang baru belum berhasil.[7]

Konklaf juga menyediakan tempat bagi para kardinal untuk mendengarkan misa harian, dan mereka dapat makan, tidur, dan menghabiskan waktu dengan dilayani oleh para pelayan. Dari tahun 1455, konklaf diadakan di Vatikan. Sebelum itu, hingga pada masa perpecahan antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur (Skisma Timur-Barat), konklaf diadakan di biara tarekat Dominikan bernama Santa Maria sopra Minerva.[8]

Tirai-tirai lambang resmi para kardinal pemilih sebelumnya digunakan selama konklaf sebagai tanda persamaan kederajatan. Setelah Sri Paus baru menerima pemilihannya, ia akan memilih nama barunya. Di saat itu, para kardinal lainnya akan menarik seutas tali yang terikat di kursi-kursi mereka untuk merendahkan tirai-tirai mereka tersebut. Hingga saat reformasi yang dilaksanakan oleh Santo Paus Pius X, tirai-tirai tersebut terdiri atas berbagai macam warna untuk menandakan kardinal siapa yang diangkat oleh Sri Paus. Paus Paulus VI menghapuskan tradisi tirai-tirai ini semuanya, semenjak di bawah kekuasaannya, jumlah anggota Perhimpunan para Kardinal telah bertambah sedemikian banyak sehingga para kardinal ini harus didudukkan dalam dua barisan menghadap ke dinding. Hal ini menyebabkan tirai-tirai yang ada menghalangi para kardinal yang duduk di barisan belakang.

Arsitektur

Eksterior Kapel Sistina.

[sunting]Eksterior

Kapel Sistina adalah bangunan batu persegi-empat yang tinggi. Bagian luarnya tidak dihiasi dengan hiasan-hiasan arsitektur atau dekoratif seperti yang biasanya ada di banyak gereja-gereja zaman Abad Pertengahan dan Renaissance di Italia. Bangunan ini tidak memiliki facade bagian luar ataupun pintu gerbang yang dapat digunakan untuk prosesi arak-arakan karena jalan masuk selalu lewat ruang-ruang dalam di lingkungan Istana Kepausan. Ruangan dalamnya dibagi menjadi tiga lantai dengan bagian paling bawahnya berukuran sangat luas dan ditopang oleh ruang bawah tanah berbentuk setengah lingkaran yang sangat kokoh, dilengkapi juga dengan beberapa jendela dan sebuah pintu untuk menuju ke halaman luar.

Bagian atasnya adalah ruangan utama, yakni Kapel itu sendiri, dengan ukuran dalamnya adalah panjang 40,9 meter (134 kaki) dan lebar 13,4 meter (44 kaki) sesuai dengan ukuran Kuil Solomon seperti yang ada di dalam Perjanjian Lama.[9] Langit-langit yang melengkung berbentuk kubah memiliki ketinggian 20,7 meter (68 kaki) dari lantai. Bangunan ini memiliki enam jendela berbentuk melengkung di kedua sisinya dan dua jendela dengan bentuk yang sama di bagian depan dan belakangnya. Beberapa jendela ini telah ditutup, namun kapelnya masih dapat dimasuki.

Di atas langit-langit yang melengkung terdapat lantai tiga bangunan dengan kamar-kamar untuk para penjaga. Di lantai ini dibangun jalan terbuka yang mengelilingi bangunan yang ditopang oleh sirip-sirip fondasi yang muncul menggantung dari tembok. Jalan terbuka ini telah dilindungi dengan atap karena kerap kali menjadi sumber masuknya air ke kubah kapel.

Kerusakan dan keretakan di Kapel Maggiore memaksa kapel yang baru untuk membangun penopang yang sangat besar untuk menyokong dinding-dinding luar. Dibangunnya bangunan-bangunan lain di sekitarnya telah menyebabkan perubahan pada tampilan luar Kapel Sistina ini.

[sunting]Interior

Suasana interior Kapel Sistina.

Seperti juga kebanyakan bangunan yang diukur secara internal, ukuran pastinya sulit untuk didapatkan, namun perbandingan umum dari ukuran kapel ini dapat diperkirakan dengan cukup akurat. Panjang bangunan ini adalah ukuran dasarnya, dibagi tiga untuk memperoleh ukuran lebar bangunan dan dibagi dua untuk memperoleh ukuran tinggi bangunan. Sehingga terciptalah rasio 6:2:3 untuk panjang, lebar dan tinggi bangunan.

Dengan menggunakan rasio tersebut, terdapat enam jendela di tiap sisi bangunan dan dua jendela di bagian depan dan belakang bangunan. Selembar penyekat yang memisahkan kapel sebenarnya diletakkan tepat di tengah-tengah antara dinding altar dan pintu masuk, namun hal ini telah berubah. Ukuran perbandingan yang jelas merupakan ciri khas arsitektur Renaissance dan mencerminkan berkembangnya ketertarikan terhadap warisan klasik Romawi.

Langit-langit kapel adalah kubah berbentuk seperti tong yang dipipihkan, yang tergantung dari sebuah jalur yang mengitari tembok-tembok pada ketinggian yang sama dengan lengkungan jendela. Kubah ini dipisah-pisahkan menjadi kubah-kubah kecil di atas tiap jendela, yang membagi kubah tersebut di bagian terbawahnya menjadi sebuah susunan sanggahan kubah (pendentive) yang besar yang seakan-akan muncul dari tiang tembok (pilaster) yang sempit di antara jendela-jendelanya. Kubah kapel ini sebenarnya dicat warna biru cerah dan dihiasi dengan bintang-bintang emas, sesuai dengan rancangan Piermatteo Lauro de Manfredi da Amelia.[3]

Tempat berjalan di dalam kapel bergaya opus alexandrium, yakni gaya dekorasi menggunakan marmer dan batu-batu berwarna dalam sebuah pola yang mencerminkan ukuran perbandingan yang tadi disebutkan ke dalam bagian interior. Gaya ini juga untuk menandai arah jalannya prosesi dari pintu utama yang biasa digunakan oleh paus pada acara-acara penting seperti Minggu Palma.

Penyekat atau transenna dari marmer yang dibuat oleh Mino da Fiesole, Andrea Bregno dan Giovanni Dalmata membagi kapel ini menjadi dua bagian yang sama luasnya.[10] Sebenarnya penyekat ini membagi ruangan yang sama besarnya bagi anggota-anggota Kapel Kepausan yang ditempatkan di area dekat dengan altar dan bagi para peziarah dan penduduk lainnya, namun seiring dengan bertambahnya jumlah umat yang menghadiri misa yang dipimpin oleh paus, penyekat ini dipindahkan untuk memberikan tempat yang lebih luas bagi para peziarah dan orang awam.

Bagian atas transenna ini dihiasi dengan tempat lilin yang penuh hiasan, sebelumnya pernah disepuh emas, dan memiliki sebuah pintu kayu, yang sebelumnya adalah pintu indah berlapiskan besi yang ditempa. Para pembuat transenna juga membangun cantoria atau balkon tempat paduan suara yang menjorok ke luar dan seakan-akan menggantung di udara.

0 Responses

Posting Komentar